Penemuan Menarik dari Misi DART
Gambar luar biasa dari awan debu yang dihasilkan ketika pesawat ruang angkasa Double Asteroid Redirection Test (DART) milik NASA menabrak asteroid telah terungkap. Misi ini bertujuan untuk menguji kemampuan teknologi dalam membelokkan asteroid yang dapat membahayakan Bumi di masa depan.
Detail Misi DART
Tabrakan dengan Dimorphos
Pesawat ruang angkasa DART, yang seukuran kulkas, bertabrakan dengan asteroid Dimorphos yang memiliki diameter 520 kaki (160 meter) pada 26 September tahun lalu. Misi ini merupakan langkah awal untuk menunjukkan bahwa teknologi defleksi asteroid dapat berfungsi dengan baik.
Hasil yang Mengesankan
Hasil dari misi ini menunjukkan bahwa DART berhasil memotong 33 menit dari orbit Dimorphos, hampir lima kali lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya. Ini dianggap sebagai sukses besar oleh para ilmuwan yang terlibat dalam proyek ini.
Penelitian Pasca Tabrakan
Studi oleh University of Edinburgh
Setelah tabrakan, para ilmuwan di University of Edinburgh melakukan studi mendalam tentang puing-puing yang dihasilkan. Mereka ingin memahami komposisi kimia asteroid dan bagaimana debu tersebut menggumpal dari waktu ke waktu. “Asteroid adalah beberapa peninggalan paling dasar dari semua planet dan bulan di Tata Surya kita,” kata mahasiswa PhD Brian Murphy.
Observasi Awan Debu
Awan debu yang tersisa setelah DART melesat ke Dimorphos dengan kecepatan 14.000 mph (22.000 kph) dapat memberikan wawasan tentang bagaimana Tata Surya kita terbentuk. Dr. Cyrielle Opitom menambahkan, “DART memberikan kesempatan untuk mempelajari dampak yang terkendali, hampir seperti di laboratorium.”
Baca artikel lainnya disini : https://himpunanperistiwa.com/
Metode Observasi
Menggunakan Very Large Telescope (VLT)
Tim peneliti menggunakan Very Large Telescope (VLT) milik European Southern Observatory untuk mengamati dampak misi DART dari jarak 7 juta mil (11 juta km). Mereka mengamati puing-puing yang dihasilkan selama sebulan menggunakan instrumen Multi Unit Spectroscopic Explorer (MUSE) di VLT di Chile.
Temuan Awal
Segera setelah tumbukan, debu yang dihasilkan tampak berwarna biru, menunjukkan bahwa partikel tersebut sangat halus. Namun, seiring waktu, partikel-partikel ini mulai menyatu, membentuk gumpalan, spiral, dan ekor panjang yang menjauhi radiasi Matahari. Ekor dan spiral ini tampak lebih merah dibandingkan dengan awan debu asli, menunjukkan bahwa mereka terdiri dari partikel yang lebih besar.
Analisis Komposisi Kimia
Studi Komposisi Kimia Dimorphos
MUSE memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari komposisi kimia Dimorphos dari debu yang dikeluarkannya. Dengan menganalisis panjang gelombang sinar matahari yang dipantulkan oleh molekul tertentu, seperti air (H₂O) dan oksigen (O₂), para ilmuwan dapat mengidentifikasi keberadaan elemen-elemen ini.
Pencarian Jejak Air
Kedua molekul ini akan menjadi indikasi keberadaan es di dalam asteroid. Namun, tidak ada jejak air yang ditemukan. Dr. Opitom menyatakan, “Asteroid diperkirakan tidak mengandung es dalam jumlah signifikan, jadi mendeteksi jejak air akan menjadi kejutan nyata.”
Jejak Propelan DART
Peneliti juga mencari jejak propelan dari pesawat ruang angkasa DART, namun tidak ada yang ditemukan. Dr. Opitom menambahkan bahwa jumlah gas yang tersisa dari sistem propulsi tidak akan besar, dan sebagian besar akan terlalu jauh untuk dideteksi.
Cari artikel menarik disini : https://www.wikipedia.org/
Dampak pada Permukaan Asteroid
Penelitian dari Observatorium Armagh
Tim lain dari Observatorium dan Planetarium Armagh menggunakan instrumen VLT lain untuk mempelajari dampak terhadap permukaan asteroid. Mereka menemukan bahwa cahaya yang dipantulkan oleh permukaan asteroid menjadi kurang terpolarisasi setelah tabrakan.
Perubahan Polaritas
Perubahan ini menunjukkan bahwa material yang terpapar adalah bagian yang tidak tersentuh, dengan struktur molekul yang lebih simetris dan kurang terpolarisasi. Setelah tumbukan, asteroid juga memantulkan lebih banyak cahaya, menandakan bahwa material bagian dalam lebih halus dibandingkan bagian luar yang kasar.
Hasil dari misi DART memberikan wawasan yang berharga tentang komposisi dan struktur asteroid. Penemuan ini menunjukkan bahwa teknologi pencetakan 3D dapat digunakan untuk lebih memahami dampak dari tabrakan asteroid, yang merupakan peluang unik yang tidak dapat diulang di masa depan.
Dengan penelitian ini, para ilmuwan berharap dapat lebih memahami sifat asteroid, yang merupakan bagian penting dari pembentukan tata surya kita. Data yang diperoleh dari misi ini sangat berharga untuk pengembangan teknologi defleksi asteroid di masa depan, yang mungkin mampu melindungi Bumi dari bahaya potensial yang ditimbulkan oleh objek luar angkasa.