Fosil Marsupial Sabretooth: Karnivora Purba

Penemuan fosil marsupial sabretooth yang dikenal sebagai Thylacosmilus telah menarik perhatian para ilmuwan, terutama karena karakteristik fisiknya yang unik. Marsupial ini hidup sekitar tiga juta tahun yang lalu dan memiliki gigi taring yang sangat besar, yang mempengaruhi posisi matanya di kepala. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai Thylacosmilus, bagaimana gigi taringnya mempengaruhi penglihatannya, dan bagaimana ia menjadi predator yang sukses.

Penemuan dan Analisis Fosil

Dilansir dari Dailymail.co.uk pada 25 Maret, para ilmuwan dari Instituto Argentino de Nivología, Glaciología, y Ciencias Ambientales di Argentina melakukan analisis mendalam terhadap tengkorak Thylacosmilus hypercarnivore yang telah punah. Mereka menggunakan pemindaian CT dan rekonstruksi virtual 3D untuk memahami struktur tengkorak dan fungsi penglihatannya.

Baca juga : Penemuan Sistem Bintang Biner Langka CPD-29 2176

Advertisement

Gigi Taring yang Unik

Salah satu temuan paling mencolok adalah gigi taring Thylacosmilus yang terus tumbuh. Gigi ini tidak hanya besar, tetapi juga memiliki akar yang menjulur ke bagian depan tengkorak dan membulat ke belakang. Meskipun bentuk dan ukuran gigi ini mengakibatkan posisi mata yang berjauhan, Thylacosmilus tetap menjadi predator yang efektif. Rongga mata yang menonjol memberikan sudut pandang yang lebih luas meskipun dengan keterbatasan dalam penglihatan 3D.

Kunjungi : Wikipedia

Karakteristik Fisik Thylacosmilus

Thylacosmilus, yang juga dikenal sebagai Thylacosmilus atrox, adalah marsupial seberat 220 pon (sekitar 100 kg). Marsupial ini melahirkan anak-anak yang belum sepenuhnya berkembang dan harus dibawa dalam kantong induknya. Dengan gigi taring yang sangat besar, Thylacosmilus memiliki kesamaan dengan karnivora plasenta seperti kucing dan harimau sabretooth, meskipun secara genetik ia terkait dengan marsupial modern.

Perbandingan dengan Karnivora Lain

Bukti fosil menunjukkan bahwa sebagian besar spesies dalam kelompok Sparassodonta, yang merupakan kelompok mamalia karnivora, memiliki mata yang menghadap ke depan. Namun, Thylacosmilus memiliki mata yang lebih mirip dengan kuda dan sapi, yang terletak di sisi kepala. Hal ini mengundang pertanyaan tentang bagaimana hal ini mempengaruhi kemampuan penglihatannya.

Penglihatan dan Keterbatasan

Penglihatan yang baik sangat penting bagi predator untuk berburu mangsa. Karnivora umumnya memiliki rongga mata yang menghadap ke depan dengan tumpang tindih bidang pandang antara kedua mata sekitar 65 derajat, memungkinkan mereka untuk melihat dalam 3D. Namun, Thylacosmilus memiliki nilai konvergensi orbital yang lebih rendah, yaitu hanya 35 derajat.

Adaptasi untuk Mengatasi Keterbatasan

Meskipun Thylacosmilus tidak memiliki penglihatan 3D yang optimal, ia mengembangkan adaptasi untuk mengkompensasi keterbatasan ini. Dr. Analia Forasiepi, salah satu rekan penulis penelitian, menjelaskan bahwa Thylacosmilus mampu menjulurkan orbit matanya dan mengarahkannya hampir secara vertikal untuk meningkatkan tumpang tindih bidang visual. Dengan cara ini, predator ini dapat mencapai sekitar 70 persen tumpang tindih bidang visual, yang cukup untuk berburu dengan efektif.

Diet dan Kebiasaan Makan

Thylacosmilus adalah karnivora sejati dengan diet yang diperkirakan terdiri dari setidaknya 70 persen daging. Sebagai hiperkarnivora, makhluk ini memiliki kemampuan untuk berburu dan mengkonsumsi berbagai jenis mangsa. Gigi taring yang besar membantunya dalam berburu dan menangkap mangsa yang lebih besar.

Implikasi Penelitian

Penelitian tentang Thylacosmilus ini memberikan wawasan baru mengenai evolusi dan adaptasi marsupial purba. Charlène Gaillard, mahasiswa PhD dan penulis utama studi, menyatakan bahwa untuk memahami organisasi tengkorak Thylacosmilus, penting untuk terlebih dahulu memperhatikan gigi taring yang sangat besar itu.

Masa Depan Penelitian

Tim peneliti berharap bahwa studi ini akan membuka jalan untuk lebih banyak penelitian tentang karnivora purba dan bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan mereka. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memahami struktur dan fungsi tengkorak dalam konteks evolusi.

Fosil marsupial sabretooth, Thylacosmilus, memberikan gambaran menarik tentang adaptasi dan evolusi karnivora purba. Meskipun memiliki gigi taring yang sangat besar yang mempengaruhi posisi matanya, Thylacosmilus berhasil menjadi predator yang sukses. Penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang hewan purba ini, tetapi juga meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana spesies dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan, kita dapat berharap untuk menemukan lebih banyak informasi tentang kehidupan dan kebiasaan marsupial purba. Pengetahuan ini akan membantu kita memahami lebih baik tentang sejarah evolusi mamalia dan bagaimana mereka berinteraksi dengan ekosistem mereka.

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Ilmuwan Ciptakan Kue Cheesecake dengan Teknologi Printer 3D

Next Post

Perundingan Nuklir Iran-As Di Oman Rampung Positif, Sepakat Berjumpa Lagi

Advertisement