
Jakarta – Bank Indonesia menganggap ekonomi dan keuangan syariah memiliki daya tahan di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi. Hal ini terangkum dalam Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia (KEKSI) 2024 yang dirilis Bank Indonesia.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, walaupun secara global perekonomian masih mengalami tekanan, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia condong masih terus berkembang. Seperti dikenali secara angka, perkembangan ekonomi global 2024 diperkirakan berkembang 3,2% (yoy). Angka itu mencakup lebih rendah dibandingkan pada 2023 yang meraih 3,3% (yoy). Penurunan tersebut tidak terlepas dari rendahnya undangan global di tengah ketidakpastian yang tinggi akhir pertentangan geopolitik.
Pada laporan 2024, kinerja ekonomi syariah nasional yang tercermin dari sektor unggulan Halal Value Chain (HVC) pada 2024 berkembang 4,0% (yoy), meningkat dibandingkan 3,93% (yoy) pada 2023.
“Sektor halal value chain di dalam PDB kita ini tumbuhnya 4%.Ini ditopang oleh kenaikan pada terutama sektor makanan-minuman halal dan fesyen muslim. Sektor ini sebenarnya sudah menyumbangkan,” kata Destry di program Kick Off Bulan Pembiayaan Syariah (BPS), Peluncuran Kajian Ekonomi Dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2024 & Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2025 dengan tema ‘Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional’ di Jakarta, sementara waktu lalu.
Kontribusi tidak cuma diberikan oleh sektor makanan-minuman halal dan fesyen muslim saja. Namun, perkembangan HVC juga turut disumbang oleh sektor pariwisata ramah muslim.
Secara keseluruhan, sektor unggulan HVC pada 2024 menopang lebih dari 25% dari ekonomi nasional, berurut dikontribusikan oleh sektor pertanian dan makanan-minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), dan fesyen muslim. Adapun pangsa tersebut meningkat dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 24,27%.
Hal itu mengindikasikan bahwa secara biasa perkembangan sektor unggulan HVC berkembang lebih singkat dibandingkan sektor lain dalam elemen PDB dan mengonfirmasi posisi strategis sektor unggulan HVC selaku salah satu sumber perkembangan ekonomi gres nasional yang mendukung perkembangan dan transformasi ekonomi nasional.
![]() |
“Sektor pariwisata ramah muslim atau PRM juga berkembang cukup signifikan, merupakan sebesar 8,55% secara tahunan dan ini juga pastinya disokong turis destinasi utama Nusantara,” ujar Destry.
Menurutnya, perkembangan tersebut paling besar dibandingkan pada sebelum Pandemi COVID-19 berjalan yang cuma berada di angka 6-7%.
Masih merujuk Laporan KEKSI 2024, aspek eksternal seumpama neraca jual beli RI untuk kuliner dan minuman halal masih memiliki penampilan yang positif. Adapun realisasi ekspor dan impor sektor tersebut meraih US$ 44,6 miliar dan US$ 26,49 miliar. Sehingga masih mencatatkan net ekspor sebesar US$ 18,14 miliar.
Hal itu juga disokong dengan jumlah produk bersertifikat halal di sentra sampai tempat yang angkanya condong mengalami kenaikan dari 2021 sampai 2024.
Dukungan BI untuk Pengembangan Ekonomi & Keuangan Syariah RI
Melalui beraneka ragam potensi tersebut, BI sudah merencanakan sejumlah taktik untuk terus menyebarkan ekonomi dan keuangan syariah di 2025. Untuk menyebarkan sektor tersebut, BI bakal terus memperkuat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah serta mendorong Indonesia menjadi industri halal dunia.
Kebijakan ekonomi dan keuangan syariah Bank Indonesia pada 2025 diselaraskan dengan RPJPN 2025-2045 serta rancangan RPJMN 2025-2029 dan Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) 2025-2029, berkonsentrasi pada penguatan ekosistem produk halal seumpama penguatan HVC yang berisikan makanan-minuman halal, fesyen, dan pariwisata ramah muslim.
![]() |
Hal itu juga bakal diimbangi dengan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SukBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). BI juga bakal memperkuat literasi, inklusi, dan halal lifestyle lewat Festival Ekonomi Syariah (FESyar) untuk tingkat daerah.
BI juga mengadakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berukuran internasional, serta menerapkan Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (SNLIEKSI).
Tak cuma itu, Destry Damayanti menyampaikan pihaknya juga bakal terus memperkuat sinergi dengan banyak pihak. Sebab menyebarkan potensi ekonomi syariah di Indonesia tidak bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja.
Sebagai informasi tambahan, untuk pelaku kerja keras atau penduduk yang ingin melihat isi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia (KEKSI) dapat eksklusif datangi situs web di https://bit.ly/KEKSI-BI-2024.advertorial